Dialog Naskah Drama 4 Orang Perempuan Dan 2 Orang Laki Laki | Checked
BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPembahasan umum tentang sastra pada intinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu sastra sebagai hasil seni dan sastra sebagai ilmu pengetahuan. Sastra sebagai hasil seni merupakan karya kreatif pengarang (sastrawan) yang hasilnya berupa prosa, puisi, dan drama. Sedangkan sastra sebagai ilmu pengetahuan berupa kajian-kajian sastra yang hasilnya berupa kritik sastra, apresiasi sastra, esai dan lain sebagainya. (Maslikatin, 2007:1).Salah satu bentuk karya sastra yang membutuhkan penanganan kompleks ialah drama. Drama adalah bentuk karya sastra yang nantinya lebih ditekankan pada aksi atau gerakan. Berbeda dengan bentuk karya sastra yang lain seperti puisi ataupun prosa yang dapat dinikmati dengan cara membacanya saja, naskah drama belum dianggap selesai kalau belum dipentaskan. Dikatakan membutuhkan penanganan yang kompleks disebabkan karena karya sastra berupa drama tidak hanya menampilkan percakapan baik itu monolog maupun dialog. Lebih dari itu, menampilkan bentuk karya sastra ini juga tidak lepas dari unsur-unsur lain yang membuat pementasan bentuk karya sastra ini lebih menarik. Adapun karya sastra drama memerlukan unsur-unsur lain seperti: seni musik, tata lampu, artistik, pentas, seni tari, olah vokal dan sebagainya.Pembahasan tentang karya sastra tidak terlepas dari pembahasann tentang pengarangnya (sastrawan) yang karya-karyanya telah dikenal oleh masyarakat. Salah satu sastrawan abad XX yang cukup populer yakni Puthut EA. Puthut EA lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 28 Maret 1977. Dia merupakan sastrawan sekaligus peneliti asli Indonesia. Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama sampai awal kuliah, ia rajin menulis geguritan (puisi di dalam Bahasa Jawa) di majalah Penyebar Semangat dan Jayabaya. Karya-karyanya dalam bidang sastra sangatlah banyak. Dia telah menulis sebanyak 10 buku. Beberapa karyanya diantaranya yang berupa Cerpen: Dua Tangisan pada Satu Malam (2005) Kupu-kupu Bersayap Gelap (2006) Sebuah Kitab yang Tak Suci (2001) Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali (2009). Novel: Cinta Tak Pernah Tepat Waktu (2009) Bunda (2005) berdasarkan screen play Cristantra Beli Cinta dalam Karung. Naskah Drama: Orang-orang yang Bergegas (2004) Jam Sembilan Kita Bertemu (2009) Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta (2009). Prosa Liris: Tanpa Tanda Seru, dan karya-karya lainnya. Dengan melihat karya-karyanya tersebut dapat disimpulkan bahwa dia adalah sastrawan yang sangat kreatif di era saat ini.Adapun karya sastra berupa drama karya Puthut EA yang menarik bagi penulis yakni yang berjudul Orang-orang yang Bergegas. Karya sastra tersebut lebih memiliki makna dan menggambarkan tentang realita kehidupan keluarga yang masih sepadan dengan keadaan saat ini. Di sisi lain, dalam naskah drama tersebut terdapat amanat atau pesan moral yang tersirat yang sangat bermanfaat sehingga dapat dijadikan sebagai pelajaran kedepannya. Selain itu, naskah drama tersebut cukup populer karena sering dipentaskan. Naskah drama tersebut telah dipentaskan di enam kota di Pulau Jawa dengan disutradarai oleh Landung Simatupang dan Puthut Buchori. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menganalisis naskah drama tersebut melalui pendekatan objektif (struktural). Penulis menganalisis naskah drama tersebut dengan melalui pendekatan objektif karena analsis dengan metode ini lebih mudah dan selain itu juga untuk mengetahui lebih mendalam tentang unsur-unsur instrisik yang membangun naskah drama tersebut dan yang menjadikannya sebagai karya sastra yang dipandang bagus dan populer.1.2 Rumusan MasalahDari uraian singkat di atas, sebelum melakukan analisis naskah drama yang berjudul Orang-orang yang Bergegas karya Puthut EA maka dapat dirumuskan permasalahannya yakni bagaimana unsur-unsur instrisik yang terdapat dalam naskah drama yang berjudul Orang-orang yang Bergegas karya Puthut EA?1.3 Tujuan dan Manfaat1.3.1 Tujuan PenulisanSebelum mempelajari tentang pokok pembahasan, hendaknya analisis ini bertujuan untuk dapat memahami unsur-unsur instrisik yang terdapat dalam naskah drama yang berjudul Orang-orang yang Bergegas karya Puthut EA.1.3.2Manfaat PenulisanAdapun manfaat yang diharapkan dalam analisis ini sebagai berikut.a.Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang mata kuliah Kajian Drama Indonesia I bagi mahasiswa baru yang ingin menempuh mata kuliah tersebut.b.Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi sumbangan kepada pihak lain yang ingin menganalisis naskah drama yang serupa ataupun naskah drama dengan judul lain.c.Hasil analisis ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang sastra.1.4 Tinjaun PustakaTinjauan pustaka merupakan bagian penting dalam suatu karya ilmiah.Tinjaun pustaka berfungsi untuk mencegah pengulangan terhadap penelitian yang telah ada. Tinjaun pustaka dalam penelitian meliputi, tinjuan hasil-hasil penelitian, artikel-artikel dan buku-buku yang berkaitan dengan topik pembahasanNaskah drama yang berjudul Orang-orang yang Bergegasi ini cukup populer. Hal itu dapat dibuktikan bahwa naskah drama ini pernah dipentaskan di enam kota di Pulau Jawa dengan disutradarai oleh Landung Simatupang dan Puthut Buchori. Naskah drama ini pernah pula dipentaskan pada teater Lugu, Kelompok pecinta seni drama di lingkungan Fakultas Psikologi UMS, Solo, acara ini digelar pada Rabu dan Kamis malam, 4-5 Juli 2012, mulai pukul 18.45 sampai 21.00 WIB. Bertempat di Teater Arena, kompleks Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), di bilangan Jebres, Solo,1.5Landasan TeoriAnalisis naskah drama dengan mengunakan metode objektif (struktural) adalah menganalisis unsur-unsur instrisik yang terdapat dalam naskah drama tersebut. Adapun unsur-unsur instrisik dalam karya sastra drama yakni sebagai berikut.1.5.1 JudulJudul merupakan kontak pertama antara pengarang dengan pembaca. Oleh karena itu judul harus menarik. Sebagai kepala karangan peran judul sangat penting. Judul karangan dapat menunjukkan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, antara lain:a.dapat menunjukkan tokoh utama;b.dapat menunjukkan alur waktu, hal ini terdapat pada cerita yang disusun secara kronologis;c.dapat menunjukkan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita;d.dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita;e.dapat mengandung beberapa pengertian, misalnya tempat dan suasana. (Jones dalam Maslikatin, 2007:12).1.5.2 Wawancang dan KramagungWawancang dan kramagung merupakan ciri yang membedakan naskah drama dari genre sastra yang lain (novel, novelet, cerpen). Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dilakukan tokoh cerita, sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction. (Tambajong dalam Maslikatin,2007:41).Naskah drama terdiri dari deretan dialog-dialog yang disebut wawancang. Wawancang biasanya dilengkapi dengan kramagung. Keberadaan kramagung sangat membantu mengarahkan pemain pemula. Meskipun demikian naskah-naskah drama yang ditulis oleh pengarang yang mempunyai kelompok teater seringkali minim kramagung.1.5.3 Babak dan AdeganSalah satu ciri yang membedakan naskah drama dengan novel adalah pembagian babak dan adegan. Babak merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu, atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan pada suatu urutan waktu. Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh. (Sumarjo & Saini KM dalam Maslikatin, 2007:42)Ada drama yang hanya terdiri atas satu babak misalnya drama monolog, dan ada drama yang terdiri atas beberapa babak. Tiap babak bisa dibagi menjadi datu adegan atau beberapa adegan.1.5.4 TemaTema merupakan pokok pikiran dalam karya sastra. Tema merupakan gagasan pokok atau subjek master yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, dalam Maslikatin. 2007:26). Nurgiyantoro membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan umum karya sastra itu, adapun makna-makna tambahan itulah yang disebut tema-tema minor. Esten menyatakan ada tiga cara menentukan tema mayor, yaitu: (1) menentukan persoalan mana yang menonjol (2) persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik (3) persoalan mana yang membutuhkan waktu penceritaan (Maslikatin, 2007:12).1.5.5 Penokohan dan PerwatakanSalah satu unsur penting dalam naskah drama adalah tokoh atau penokohan. Karena tokoh yang harus menyampaikan misi pengarang di atas pentas. Penokohan dan fisical describtion para tokoh dalam naskah drama seharusnya jelas. Sujiman menyatakan tokoh cerita ialahindividu rekaan yang mengalami peristiwa dan perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita bisa terdiri dari satu orang misalnya monolog, atau terdiri dari beberapa orang.Berdasarkan tingkat kepentingan dalam cerita, tokoh bisa dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra (drama). Ia adalah tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh bawahan ialah tokoh yang keberadaannya mendukung tokoh utama.Setiap tokoh dalam cerita (drama) pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda. Perbedaan ini yang nantinya menimbulkan konflik dan membuat cerita hidup serta dramatik. Wellek (dalam Maslikatin, 2007:45) membagi tokoh menjadi dua yaitu watak bulat (round character) dan watak datar (flat character). Round character atau watak bulat adalah watak tokoh yang berubah-ubah dari awal kemunculannya sampai akhir cerita. Flat character atau watak datar adalah watak tokoh yang dari awal kemunculannya sampai akhir cerita tidak mengalami perubahan.Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :1.protagonis : peran utama (pahlawan) yang menjadi pusat cerita.2.antagonis : peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik.3.tritagonis : peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi perantara protagonis dan antagonis.4.peran pembanntu : peran yang secara tidak langsung terlibat dalam konflik, tetapi diperlukan untuk menyelesaikan berita. (Harymawan, dalam Maslikatin. 2007:45).1.5.6 KonflikSecara umum, konflik adalah pertentangan, percekcokan dan perselisihan. Wellek (1989) menyatakan konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Tarigan (dalam Maslikatin, 2007J membagi konflik menjadi dua yaitu konflik fisik atau konflik eksternal dan konflik psikologis atau konflik internal.Konflik fisik di bagi menjadi tiga yaitu : (1) konflik antara manusia dengan manusia (2) konflik antara manusia dengan masyarakat (3) konflik antara manusia dengan alam. Konflik batin dibagi menjadi dua yaitu : (1) konflik ide yang satu dengan ide yang lain (2) konflik seseorang dengan kata hatinya.1.5.7 AlurAlur merupakan susunan cerita. Oemarjati menyatakan alur adalah struktur penyusunan kejadian-kejadian dalam cerita yang disusun secara logis dan rangkaian kejadian itu saling terjadi dalam hubungan kausalitas. Plot dibagi menjadi lima bagian, yaitu:a.situation, pengarang menggambarkan suasana awal cerita. Pada tahapan ini belum ada konflik, pengarang hanya memperkenalkan tokoh-tokohnya dan situasi.b.generatin circumtanses (cerita mulai bergerak). Pada tahapan ini pengarang mulai mengenakan konflik pada tokoh cerita.c.rising action, cerita mmulai memuncak. Pada tahapan ini persoalan-persoalan mulai menuju puncak.d.climax (cerita mencapai puncak). Pada tahapan ini konflik yang dialami tokoh mencapai puncak.e.denouement atau penyelesaian. Pada tahap ini pengarang memberi penyelesaian dari permasalahan-permasalahan yang ada. (Tasrifdalam Maslikatin, 2007:16)Berdasarkan susunan peristiwa-peristiwa dalam cerita, alur dapat dibedakan menjadi dua yaitu alur lurus dan alur sorot balik (flash back). Susunan alur lurus terjadi apabila peristiwa-peristiwa dalam cerita disusun mulai dari situation, generatin circumtanses, rising action, climax, denouement. Alur sorot balik (flash back) terjadi apabila susunan peristiwa dalam cerita disusun terbalik mulai dari denouement, climax, rising action, generatin circumtanses, situation. Berdasarkan kualitas jalinan peristiwa-peristiwa dalam cerita terdapat alur erat dan alur longgar. Alur erat terjadi apabila kualitas jalinan peristiwa-peristiwa dalam cerita sangat erat, sehingga apabila salah satu bagian cerita dihilangkan keutuhan cerita akan terganggu. Alur longgar terjadi apabila kualitas jalinan peristiwa-peristiwa dalam cerita tidak erat, terdapat degresi, sehingga apabila degresi itu dilepaskan atau dihilangkan keutuhan cerita tidak terganggu.Berdasarkan kuantitas jalinan peristiwa dalam cerita terdapat dua macam alur, yaitu alur tunggal dan alur ganda. Cerita beralur tunggal terjadi kalau dalam cerita itu hanya terdapat satu bangunan alur. Alur ganda terjadi apabila dalam cerita itu terdapat dua jalinan cerita atau lebih misalnya alur Mekar karena Memar karya Alex Tobing, Supernova karya Dewi Lestari.Berdasarkan cara penyelesaian permasalahan dalam cerita terdapat dua macam alur yaitu alur tertutup dan alur terbuka. Alur tertutup terjadi apabila penyelesaian (denoument) persoalan diberikan oleh pengarang. Alur terbuka terjadi apabila penyelesaian persoalan dalam cerita diserahkan kepada pembaca.1.5.8 LatarLatar (Setting) adalah tempat terjjadinya peristiwa dalam cerita atau lingkungan yang mengelilingi pelaku. Latar juga menunjukkan local colour atau warna lokal. Cerita yang berlatar budaya Jawa akamenggunakan dialog logat Jawa dan tata rias maupun tata pakaian yang menggambarkan orang Jawa. Ppenyajian latar yang berhasil dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan cerita. (Lubis dalam Maslikatin, 2007:17). Nugiyantoro menyatakan fungsi latar adalah (1) untuk menggambarkan situasi (ruang dan waktu); (2) untuk proyeksi keadaan batin para tokoh cerita.Berdasarkan fungsinya, latar dibedakan menjadi lima bagian yaitu:a.tempat terjadinya peristiwa, baik tempat diluar atau di dalam rumah yang melingkupi tokoh;b.lingkungan kehidupan, menyangkut lingkungan tempat, lingkungan pekerjaan;c.sistem kehidupan, sesuai dengan lingkungan kehidupan tokoh;d.alat-alat atau benda-benda kehidupan;e.waktu terjadinya peristiwa, meliputi musim, iklim, bulan tahun, dan sebagainya. (Pradopo dalam Maslikatin, 2007:17)1.5.9 Teknik DialogDialog merupakan bagian yang sangat penting dalam naskah drama karena naskah drama merupakan deretan-deretan dialog. Dialog merupakan bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain (Sumardjo dalam Maslikatin, 2007:45). Dialog juga sering disebut wawankata. Sudjiman menyatakan dialog juga mencerminkan pikiran para tokoh cerita, sehingga dapat mengungkapkan watak para tokoh cerita. Boulton membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu:a.the technique of dialogue individuals : teknik dialog sendiri (monolog);b.the technique of dialogue conversation : teknik percakapan, dialog antara tokoh satu dengan tokoh yang lain.Selain dua teknik tersebut, dalam drama naskah maupun drama pentas kadang-kadang terdapat prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan, kata atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan oleh pemeran utama. Epilog berarti bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan intisari atau menafsirkan maksud karya sastra itu oleh pemeran utama. (KBBI dalam Maslikatin, 2007:46).1.5.10 Tipe DramaTipe drama ialah sifat yang dominan dalam drama. Tipe drama ada empat macam, antara lain: tragedi, komedi, melodrama, farce (Tarigan dalam Maslikatin, 2007:47). Boulton merinci tipe drama lebih lengkap lagi menjadi 17 macam. Adapun penjelasan ke-17 tipe drama tersebut yakni.1)Tragedi adalah drama yang penuh dengan kesedihan, penderitaan, dan minimal seorang tokoh mati. Penggarapan drama tipe ini bersifat serius, permasalahan yang diangkat juga serius. Tipe tragedi menonjolkan unsur intrik, pembunuhan, kesengsaraan, suasana suram, kesakitan dsb. Drama tipe ini mudah dikenali (terutama di Indonesia) karena kebanyakan drama Indonesia menampilkan kesedihan dan kesengsaraan atau ketidakadilan.2)Melodrama berisi kejadian-kejadian yang menyedihkan namun berakhir dengan kegembiraan. Boulton menyatakan tipe drama ini sebagai drama tragedi yang miskin. Permasalahan yang diangkat bisa serius tetapi penggrapannya tidak serius. Kesedihan ditampilkan secara berlebihan begitupula kegembiraanya juga ditampilkan secara berlebihan. Drama-drama tradisional (ludruk, lenong) biasanya bertipe melodrama.3)Heroic play atau drama kepahlawanan ialah drama yang menceritakan perjuangan para pahlawan untuk meraih kemerdekaan. Perjuangan dalam drama modern tidak dibatasi pada peperangan, tetapi bisa dalam arti luas, misalnya perjuangan para buruh dalam drama Marsinah Nyanyian dari dalam Kubur.4)Drama Problema (problem play) ialah drama yang menceritakan problema yang ada di masyarakat, baik problem sosial maupun moral. 5)Drama komedi ialah drama yang bertujuan membuat orang tertawa. Permasalahan yang diangkat dalam drama tragedi adalah permasalahan serius demikian juga penggarapannya, tetapi sifatnya serius.6)Comedy of errors atau drama kekeliruan/kesalahan ialah komedi yang kelucuannya memanfaatkan kesalahan-kesalahannya yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya.7)Comedy of manners ialah drama komedi yang kelucuannya disebabkan tingkah aneh para tokohnya.8)Sentimental comedy ialah drama komedi yang menampilkan adegan-adegan yang membuat penonton bersimpatik dan dapat meneteskan air mata bukan karena sedih namun karena senang yang berlebihan.9)Comedy of character or humor ialah komedi yang serius. kelucuannya bukan karena kekonyolannya, tetapi karena karakter tokoh-tokohnya. 10)Farce (lawak) ialah drama yang hanya bertujuan mem uat orang tertawa terpingkal-pingkal tanpa pendalaman tema maupun watak. Lawak biasanya menghalalkan segala cara untuk menciptakan kelucuan.11)Drama of ideas ialah drama yang mengungkapkan ide-ide yang penuh komplikasi dari tokoh-tokohnya. Banyak drama Indonesia yang bertipe drama idea. Biasanya muncul bersamaan dengan drama bertipe problema, atau drama bertipe tragedi.12)Dedaktic play atau drama propaganda ialah drama yang memberi pengajaran pada penontonnya. Drama ini berisi doktrin atau ajaran-ajaran agama, poltik, sosial. Drama-drama pesanan atau perayaan-perayaan, baik perayaan hari besar agama maupun perayaan hari besar kenegaraan biasanya bertipe drama propaganda.13)History play atau drama sejarah berisi peristiwa sejarah yang sesuai dengan kurun waktu, tempat-tempat, tokoh, dan peristiwa-peristiwa sejarah. Meskipun sifatnya imajinatif, unsur ketepatan waktu, tempat dan peristiwa dalam drama sejarah harus diperhatikan pada drama tipe ini.14)Drama tragi-komedi ialah drama pencampuran antara tragedi dan komedi, bisa berawal kesedihan dan berakhir kegembiraan atau sebaliknya. Mengadopsi drama tragedi dan drama komedi. Sifat drama tragi-komedi pun juga sama dengan drama tragedi dan drama komedi yaitu mengangkat permasalah yang serius dan penggarapannya juga serius.15)Symbolic play atau drama simbolik ialah drama yang menampilkan tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa simbolik. Drama simbolik biasanya untuk menyamarkan sesuatu atau menyembunyikannya dari pemerintah.16)Drama tari ialah drama yang berupa tari atau sendratari. Di Indonesia banyak drama sendratari, yang biasanya menceritakan kisah-kisah Mahabarata dan Ramayana beserta variasi-variasinya.17)Pantomime ialah drama yang menampilkan